Pengendalian Hama Tikus

Poster Cara Pengendalian Tikus





Tikus sawah merupakan salah satu hama yang sering merusak tanaman padi baik saat awal tanam maupun panen. Tikus banyak memakan padi dan merobohkan padi untuk mencari jalan ke sumber makanannya. Karena menjadikan produktivitas padi berkurang, tikus menjadi musuh utama petani. Namun, bukan berarti petani dapat membasmi seluruh tikus di ekosistem sawah miliknya.  Pembasmian tikus dapat mengakibatkan hilangnya hewan lain seperti ular atau bertambahnya hewan lain yang dapat mengakibatkan ketidakseimbangan ekosistem.

Ada banyak cara dalam mengendalikan tikus. Dalam hal ini, rodentisida menjadi pilihan terakhir karena bahan kimiawi yang terkandung dapat menjadikan tikus resisten atau tahan dengan bahan yang sama dan tidak bisa dikendalikan. Bahan kimiawi yang ada dapat pula mempengaruhi kimiawi tanah. Berikut cara yang dapat dilakukan,
  1. Sanitasi Habitat
Sanitasi habitat dilakukan terutama pada awal tanam, meliputi pembersihan gulma, semak, tempat bersarang dan habitat tikus seperti batas perkampungan, tanggul irigasi, pematang, tanggul jalan, parit dan saluran irigasi. Juga dilakukan minimalisasi ukuran pematang (sebaiknya tinggi dan lebar <30 cm) untuk mengurangi tempat tikus berkembang biak. Dengan sanitasi habitat, tikus akan kehilangan tempat berlindung sementara, tempat membuat lubang sarang, dan pakan alternatif. Sanitasi tanggul irigasi, salah satu upaya menghilangkan tempat favorit tikus bersembunyi dan membuat lubang sarang (Silviana, 2015). 

      2. Fumigasi
Fumigasi dilakukan serentak pada awal tanam dengan melibatkan seluruh petani dengan menggunakan alat pengempos tikus. Fumigasi terbukti efektif membunuh tikus beserta anak-anaknya di dalam lubang sarangnya menggunakan emposan. Untuk memastikan tikus agar mati, tutup lubang tikus dengan lumpur setelah diempos. Penutupan lubang tikus juga dimaksudkan agar infrastruktur pertanian (tanggul, pematang, irigasi dll) tidak rusak serta membuat tikus sawah yang datang kemudian tidak menggunakan lubang tersebut sebagai sarangnya. Fumigasi dilakukan sepanjang terdapat pertanaman, terutama pada padi stadia generatif (Sudarma, 2016)

    3. Linear Trap Barrier System
LTBS merupakan bentangan pagar plastik sepanjang minimal 100 m, tanpa tanaman perangkap, dilengkapi bubu perangkap. Pada saat bera pratanam, olah lahan, dan 1 minggu setelah tanam, bubu perangkap dipasang secara berselangseling sehingga mampu menangkap tikus dari dua arah (habitat dan sawah), tetapi setelah tanaman padi rimbun, bubu perangkap dipasang dengan mulut corong perangkap menghadap habitat tikus. Pemasangan LTBS dilakukan di dekat habitat tikus seperti tepi kampung, sepanjang tanggul irigasi, dan tanggul jalan/pematang besar. LTBS juga efektif menangkap tikus migran, yaitu dengan memasang LTBS pada jalur migrasi yang dilalui tikus sehingga tikus dapat diarahkan masuk bubu perangkap (Sudarmaji, 2017).

Sumber :

Silviana, N. 2015. Respon petani padi pasang surut terhadap program sekolah lapangan pengendalian hama terpadu (SLPHT). Societa. 4(1):33-38.
Sudarma, I. M., Sritamin, N. M., dan Bagus I. G. N. 2016 Pengendalian hama dan penyakit tanaman padi di desa Pesaban, kecamatan Rendang, Karangasem. Jurnal Udayana Mengabdi. 15(3):106-111.
Sudarmaji, dan Hemawati, N. A. 2017. Perkembangan populasi tikus sawah pada lahan sawah irigasi dalam pola indeks pertanaman padi 300. Penelitian Pertanian Tanaman Pangan. 1(2):125-131.

Kelompok :

 Dinda Fahira                                       (15006)

Yerman Aprilyanus Hia                      (15193)
Annisa Wijarani U.                             (15198)
Citra Sekar Satriafi                             (15315)
 
 

 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

FOLDER SISTEM TANAM JAJAR LEGOWO (Kelompok 2)

ALAT PERAGA "FOLDER" KELOMPOK 1

Alat peraga poster Hidroponik