Review Jurnal : Kinerja Penyuluh Pertanian Berdasarkan Faktor Personal dan Situasional
Primazanti Alifah Zainal
17/412860/PN/15182
Penyuluhan pertanian sangat penting dalam pembangunan pertanian. Peran penyuluh pertanian sangat dibutuhkan oleh para petani. Dari penyuluh pertanian, petani dapat mengetahui berbagai informasi terkini terkait dengan teknologi pertanian, varietas unggul ataupun hal pertanian lainnya. Maka dari itu, kinerja penyuluh pertanian patut diperhatikan.
Penyuluh pertanian yang memiliki kinerja baik adalah apabila telah melaksanakan tugas pokok dan fungsinya sebagai penyuluh pertanian. Tugas pokok dan fungsi itu telah tercantum dalam Undang-Undang Sistem Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan (UUS-P3K) Nomor 16 Tahun 2006. Faktor-faktor yang mempengaruhi terlaksananya amanah UUS-P3Kperlu diperhatikan. Penyuluh pertanian harus mampu mengidentifikasi kebutuhan petani dan masalah yang tengah dihadapi petani. Kemudian penyuluh pertanian harus mampu mengkomunikasikan solusinya kepada petani.
Faktor lainnya yang mempengaruhi kinerja penyuluh pertanian adalah program pelatihan serta ketersediaan sarana dan prasarana penyuluhan yang menarik perhatian pemerintah. Faktor personal penyuluh pertanian menyangkut kelembagaan penyuluhan. Pada hasil penelitian, faktor personal dan situasional sangat mempengaruhi perilaku komunikasi penyuluh pertanian secara signifikan. Oleh karena itu, faktor personal dan situasional sangat berhubungan dalam mempengaruhi perilaku penyuluh pertanian.
Berdasarkan informasi dari Badan Koordinasi Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan Provinsi Sulawesi Tenggara, kinerja penyuluh pertanian tidak sepenuhnya baik. Belum ada penelitian yang dapat membuktikan pengaruh faktor personal dan situasional terhadap kinerja penyuluh pertanian di Sulawesi Tenggara, termasuk Kabupaten Konawe (salah satu sentra andalan produksi pertanian).
Di Kabupaten Konawe terdapat 264 orang penyuluh PNS dan 134 orang tenaga harian lepas. Jumlah itu belum imbang dengan luas desa binaan 370 desa. Namun, terdapat beberapa perkembangan secara signifikan terdapat perhatian dari pemerintah setempat berupa penetapan status penyuluh, perekrutan tenaga penyuluh PNS, tenaga harian lepas, tim penetapan angka kredit, penempatan penyuluh di desa/kelurahan, biaya operasional penyuluh, fasilitas kendaraan dan tabloid sinar tani walaupun masih perlu adanya peningkatan.
Kemudian, terungkap bahwa kemampuan penyuluh sangat rendah karena minimnya frekuensi pelatihan, motivasi yang rendah, kesempatan yang kurang dan anggaran yang kurang untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi, serta sarana dan prasarana yang kurang memadai. Hal-hal tersebut perlu diketahui penyuluh pertanian agar dapat melaksanakan tugas dan member pengaruh positif terhadap kinerja penyuluh pertanian. Berdasarkan hal hal tersebut, dapat diketahu permasalahan yang ada di Kabupaten Konawe adalah besarnya pengaruh personal dan situasional terhadap kinerja penyuluh pertanian.
Kinerja mengacu pada kajian pustaka dan teori yang megartikan kinerja sebagai unjuk kerja, hasil kerja atau prestasi kerja dalam suatu pekerjaan dalam waktu tertentu. Kinerja seorang penyuluh dapat dilihat pada dua faktor. Pertama, karakteristik personal penyuluh dilihat dari ciri objektif penyuluh pada rekaman pribadinya. Kedua, kinerja merupakan pengaruh-pengaruh dari situasional yang menyatakan bahwa karakteristik individu meliputi umur, jenis kelamin, status perkawinan, masa kerja, tingkat pendidikan, pelatihan dan jumlah tanggungan berpengaruh pada kinerja seseorang.
Indikator kinerja penyuluh pertanian dalam penelitian ini antara lain tersusunnya program penyuluhan pertanian, tersusunnya rencana kerja tahunan (RKT) penyuluh pertanian, tersusunnya data peta wilayah spesifik lokasi, terdesiminasinya informasi teknologi pertanian secara merata, tumbuh kembang keberdayaan dan kemandirian pelaku utama dan pelaku usaha, terwujudnya akses pelaku utama dan pelaku usaha kelembagaan.
Faktor personal diasumsikan sebagai faktor yang berpengaruh terhadap kinerja penyuluh pertanian yang diantaranya adalah kemampuan penyuluh, motivasi penyuluh, tingkat pendidikan penyuluh dan masa kerja penyuluh. Kemampuan yang dikaitkan dalam penelitian ini adalah kemampuan komunikator, kemampuan edukator, kemampuan inovator, kemampuan fasilitator, dan kemampuan organisasi.
Hasil analisis deskriptif menyatakan bahwa tingkat kinerja penyuluh pertanian di Kabupaten Konawe sebanyak dua penyuluh menilai kinerja rendah, 79 penyuluh menilai kinerja sedang, dan 42 penyuluh menilai kinerja tinggi. Dapat diketahui bahwa tingkat kinerja penyuluh pertanian dalam melaksanakan tugasnya di Kabupaten Konawe berada pada tingkat sedang.
Kemampuan penyuluh merupakan potensi yang terdapat dalam diri penyuluh untuk melaksanakan tugasnya. Hasil yang didapat pada penelitian ini menunjukkan lima penyuluh berkemampuan rendah, 90 penyuluh berkemampuan sedang, dan 35 penyuluh berkemampuan tinggi. Hal ini mengindikasi bahwa tingkat kemampuan penyuluh pertanian di Kabupaten Konawe tergolong sedang.
Motivasi penyuluh merupakan proses tingkah laku berenergi secara langsung dan terus menerus memenuhi kebutuhan social. Hasil dari penelitian ini menunjukkan satu penyuluh bermotivasi rendah, 69 penyuluh bermotivasi sedang dan 60 penyuluh bermotivasi tinggi. Motivasi penyuluh pertanian di Kabupaten Konawe tergolong tinggi.
Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor personal penyuluh yang meliputi kemampuan, motivasi, tingkat pendidikan dan masa kerja berpengaruh secara langsung, positif dan signifikan. Beda dengan faktor situasional yang meliputi frekuensi pelatihan serta sarana dan prasarana yang memadai berpengaruh secara tidak langsung terhadap kinerja penyuluh pertanian di Kabupaten Konawe.
Sumber :
Syafruddin, S.S Hariadi, dan S.P Wastutiningsih. 2013. Kinerja Penyuluh Pertanian Berdasarkan Faktor Personal dan Situasional. Jurnal Psikologi. 40(2)
Nama : Febryana Safri Putri
BalasHapusNIM : 17/412823/PN/15145
Nilai Penyuluhan:
1. Sumber teknologi atau ide: dalam tulisan tersebut terdapat ide baru berupa ada dan pentingnya faktor personal dan faktor situasional bagi para penyuluh pertanian.
2. Sasaran: sasaran dalam tulisan tersebut adalah ditujukan kepada para penyuluh pertanian
3. Manfaat: manfaat bagi para penyuluh pertanian mengenai diketahuinya faktor personal dan faktor situasional akan mampu menambah wawasan penyuluh sehingga dapat meningkatkan kinerja penyuluh
4. Nilai pendidikan: faktor persona dan faktor situsional merupakan faktor yang baru yang perlu dipelajari bagi penyuluh pertanian.
Nilai berita:
1. Proximity: tulisan bersifat dekat dengan pekerja di bidang pertanian terutama dengan penyuluh pertanian karena membahas mengenai kinerja penyuluh pertanian
2. Importance: tulisan tersebut diperlukan bagi penyuluh pertanian karena mengandung informasi mengenai faktor yang dapat mempengaruhi kinerja penyuluhan
3. Conflict: konlik atau masalah dalam tulisan tersebut berupa masih rendahnya kinerja penyuluh pertanian.