RESUME JURNAL: Persepsi Petani terhadap Kompetensi Penyuluh Pertanian Tanaman Pangan di Kabupaten Aceh Utara
TUGAS PRAKTIKUM DASAR PENYULUHAN DAN KOMUNIKASI
PERTANIAN
RESUME JURNAL
Nama :
Hasni Aghnia Umroti
NIM :
17/412883/PN/15205
Judul : Persepsi Petani terhadap
Kompetensi Penyuluh Pertanian Tanaman Pangan di Kabupaten Aceh Utara
Pengarang :
Zulfikar, Siti Amanah, Pang S Asngari
Jurnal :
Penyuluhan, Maret 2018 Vol. 14 No. 1
Pendahuluan
Penyuluh berperan penting dalam
pembangunan pertanian. Salah satu perannya yaitu untuk mengubah perilaku para
pelaku usaha tani. Penyuluh bukan orang sembarang, mereka harus memiliki keahlian
khusus. Seperti penyuluh PNS misalnya, mereka harus mendapatkan sertifikat
profesi sesuai dengan standar kompetensi kerja dan jenjang jabatan profesinya
yang diatur dalam Peraturan Menteri Pertanian Nomor 43 Tahun 2013.
Sebelum melakukan penyuluhan, terlebih
dahulu penyuluh menyusun programa penyuluhan sebagai acuan operasional agar
penyuluhan dapat berjalan efektif dan efisien. Programa sendiri merupakan
pernyataan tertulis yang disusun secara sistematis mengenai Rencana Kegiatan
Penyuluhan Pertanian sebagai alat pengendali pencapaian penyuluhan (Permentan
nomor 25 tahun 2009). Dengan adanya penyuluhan diharapkan petani dapat menerima
dan mengembangkan semua informasi pertanian sehingga usahataninya dapat
berjalan lebih efisien.
Penyaluran informasi pengembangan
pertanian sangat penting dalam mensukseskan ketahanan pangan yang merupakan
salah satu program utama dalam pertanian. Pengembangan teknologi pertanian
tidak akan sampai ke petani tanpa adanya penyaluran informasi. Pembangunan
pertanian ini akan selalu berkembang melalui inovasi teknologi pertanian. Namun,
fakta di lapangan menunjukkan bahwa adopsi inovasi teknologi pertanian di
tingkat petani masih rendah sehingga produktivitas yang dicapai tidak sesuai
dengan potensi yang ada. Hal ini disebabkan oleh beragamnya persepsi dan respon
petani dalam menerima inovasi teknologi tersebut.
Faktor yang mempengaruhi keragaman
persepsi dan respon petani terhadap inovasi teknologi di antaranya yaitu faktor
internal dan faktor eksternal (aspek fisik, nonfisik, lingkungan). Salah satu
faktornya yaitu lingkungan mempengaruhi kompetensi penyuluh dalam memberdayakan
petani. Namun persepsi petani terhadap inovasi teknologi yang tinggi tidak
berarti diikuti respon positif dalam mengadopsi inovasi tersebut. Hal ini disebabkan
oleh kendala-kendala seperti perbedaan sistem pertanian dan kurangnya
pengertian dan pengetahuan dalam mengoperasikan teknologi pertanian dengan
baik. Inovasi tersebut tidak dapat diterapkan dengan baik tanpa adanya tenaga
penyuluh sebagai pendamping petani yang merupakan pihak penyalur informasi
teknologi. Namun persepsi petani terhadap penyuluh dapat menjadi salah satu
faktor penghambat maupun pendorong bagi keterlibatan petani dalam kegiatan
penyuluhan. Maka dari itu, penelitian ini bertujuan untuk menganalisis persepsi
petani terhadap kompetensi penyuluh pertanian tanaman pangan di Kabupaten Aceh
Utara.
Metode Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan
metode survey di Kabupaten Aceh Utara. Adapun populasi yang dilakukan survey
yaitu petani dalam wilayah binaan BPP Syamtalira Aron dan BPP Matangkuli
sebanyak 552 petani. Dari populasi tersebut diambil 85 responden secara acak.
Dari survey yang dilakukan diperoleh data mengenai karakteristik (umur, tingkat
pendidikan formal, pengalam berusahatani, luas lahan, dan status kepemilikan
lahan) dan persepsi petani terhadap kompetensi penyuluh pertanian yang meliputi
penyusunan program dan programa, penyiapan materi, pemilihan media, dan
penerapan metode.
Hasil Penelitian
Mayoritas petani di Kabupaten Aceh
Utara merupakan petani tanaman pangan tradisional yang dilakukan secara turun
temurun dari leluhurnya. Pada tahun 2016 luas lahan sawah di Kabupaten Aceh
Utara yaitu 45.485 Ha yang terdiri atas sawah irigasi, tadah hujan, pasang
surut, dan lebak. Lahan tersebut dikelola oleh kelompok tani (poktan) sebanyak
1.774 kelompok dan gabungan kelompok tani (gapoktan) sebanyak 473 kelompok yang
tersebar dalam 27 kecamatan.
Adapun Kecamatan yang diamati yaitu
Kecamatan Syamtalira Aron dan Kecamatan Matangkuli yang terdiri atas 184 poktan
dan 57 gapoktan. Anggota poktan tersebut mayoritas menggunakan Irigasi Krueng
Pasee untuk melakukan budidaya padi yang dilakukan dua kali dalam setahun.
Namun irigasi tersebut mengalami kerusakan pada tahun 2008 sehingga mempengaruhi
produksi dan produktivitas pertanian tanaman pangan dan masih berdampak dan
menjadi kendala hingga saat ini. Selain masalah irigasi, masalah utama yang
menghambat petani dalan menjalankan usahataninya yaitu permasalahan modal.
Selain itu, petani di wilayah tersebut sulit dalam mendapatkan pupuk
bersubsidi.
Salah satu data yang diperoleh
yaitu karateristik petani. Karakteristik yang diamati yaitu umur, tingkat
pendidikan formal, pengalaman berusaha tani, asal belajar budidaya padi, luas
lahan, dan status kepemilikan. Salah satu karakteristiknya yaitu umur dapat
mempengaruhi seseorang dalam menyerap informasi. Selain itu, tingkat pendidikan
juga mempengaruhi seseorang dalam menerima informasi. Semakin tinggi
pendidikannya, maka akan semakin mudah pula dalam memahami informasi.
Karakteristik lainnya yaitu pengalaman berusahatani yang diperoleh dari
berbagai sumber yang dapat mempengaruhi kemahiran seorang petani dalam kegiatan
bertaninya. Luas dan status kepemilikan lahan juga mempengaruhi petani dalam menguasai
lahan yang dikerjakannya. Semakin luas lahan sawah yang dikerjakan, maka hasil
produksi yang diperoleh tinggi dan sebaliknya. Sedangkan petani yang memiliki
lahan sendiri cenderung lebih tanggap dalam menerima informasi, ia juga akan
menguasai hasil produksinya karena tidak perlu berbagi dengan pemilik lahan.
Setelah dilakukan survey secara
acak, diketahui 45,90% petani di Kabupaten Aceh Utara tergolong usia produktif,
yaitu berusia antara 40-55 tahun. Adapun golongan usia muda yaitu di bawah 40
tahun sebesar 40,42% yang mana menunjukkan bahwa regenerasi pertanian berjalan
dengan cepat. Dengan demikian dapat dari faktor usia dapat disimpulkan bahwa
petani di Kabupaten Aceh Utara memiliki usia yang cukup baik dalam menerima
inovasi. Sedangkan tingkat pendidikan mayoritas SMA yang ditunjukkan dengan
persentase sebesar 35,30% dan dapat disimpulkan bahwa tingkat pendidikan petani
di Kabupaten Aceh Utara tergolong ke dalam kategori sedang karena telah
melewati pendidikan menengah atas.
Mengenai pengalaman berusahatani
yang diukur dari lamanya petani tersebut melakukan usahanya, petani di
Kabupaten Aceh Utara mayoritas memiliki pengalaman yang sedang, yaitu antara 21
hingga 40 tahun yang ditunjukkan oleh persentase sebesar 48,20% dengan
mayoritas asal belajar budidaya padi yang berasal dari turun temurun dari
orangtuanya. Sedangkan asal belajar dari penyuluh memiliki persentase sebesar
3,50%. Adapun sebesar 61,20% petani memiliki luas lahan yang sempit yaitu di
bawah 0,43Ha yang mana penguasaan lahan tersebut ada yang berada pada satu
lokasi dan lebih dari satu lokasi. Sedangkan status kepemilikan lahan mayoritas
yaitu milik sendiri sebesar 80,40% yang mana menunjukkan Kabupaten Aceh Utara
cenderung lebih tanggap terhadap inovasi.
Data lainnya yang diperoleh yaitu
mengenai persepsi petani terhadap kompetensi penyuluh pertanian tanaman pangan
dalam penyusunan program dan programa. Survey dibagi ke dalam empat kategori
yaitu sangat tidak tepat, tidak tepat, tepat, dan sangat tepat. Survey yang
dilakukan yaitu untuk mengetahui persepsi petani terhadap penyusunan program
dan programa, persepsi petani terhadap penyiapan materi, persepsi petani
terhadap pemilihan media, dan persepsi petani terhadap penerapan mode.
Setelah dilakukan survey, secara
umum hasil penelitian terhadap pernyataan yang disampaikan oleh responden
memberikan jawaban tepat terhadap pernyataan yang diajukan yang tergolong ke
dalam kategori sedang. Berdasarkan hasil analisis dengan skala likert, dapat
disimpulkan bahwa persepsi petani terhadap kompetensi penyuluh dalam penyusunan
program dan programa berada dalam skala 2,85 (skala 1-4), persepsi petani
terhadap kompetensi penyuluh dalam penyiapan materi berada pada skala 2,89
(skala 1-4), persepsi petani terhadap kompetensi penyuluh dalam pemilihan media
berada pada skala 2,87 (skala 1-4) dan persepsi petani terhadap kompetensi
penyuluh dalam penerapan metode berada pada skala 2,87 (skala 1-4).
Nama : Dyah Arum Sekar Pratiwi
BalasHapusNIM : 17/412880/PN/15202
Nilai penyuluhan:
1. Sumber teknologi/ide:
Dalam melakukan penyuluhan, penyuluh terlebih dahulu penyuluh menyusun program sebagai acuan operasional agar penyuluhan dapat berjalan efektif dan efisien, program tersebut merupakan pernyataan tertulis yang disusun secara sistematis mengenai Rencana Kegiatan Penyuluhan Pertanian sebagai alat pengendali pencapaian penyuluhan (Permentan nomor 25 tahun 2009).
Bentuk inovasi teknologi pertanian akan membangunan pertanian dan pengembangan teknologi pertanian tidak akan sampai ke petani tanpa adanya penyaluran informasi melalui penyuluh.
2. Sasaran:
Sasarannya adalah para petani yang memiliki persepsi terhadap seorang penyuluh yang memiliki kompetensi pertanian baik dalam penyusunan program dan programa, penyiapan materi, pemilihan media, dan penerapan metode. Dalam artikel ini sasarannya merupakan petani tanaman pangan di Kabupaten Aceh Utara.
3. Nilai pendidikan:
Pembangunan pertanian ini akan selalu berkembang melalui inovasi teknologi pertanian, inovasi ini diberikan kepada petani melalui penyuluhan yang diadakan sebagai penyalur informasi.
4. Manfaat:
Dengan adanya inovasi teknologi pertanian usaha tani menjadi lebih efisien dan penyuluh pertanian dapat lebih efektif dalam mencapai tujuan dengan penyusunan program.
Nilai berita:
1. Proximity : Tulisan bersifat dekat dengan petani karena dalam artikel ini membahas tentang persepsi petani terhadap penyuluh pertanian.
2. Importance : Berisi informasi tentang bagaimana persepsi petani terhadap peran penyuluh.
3. Policy : Penyuluhan dijalankan sesuai dengan program yang telah dirumuskan.
4. Consequence : Petani yang mengikuti penyuluh mengenai adanya inovasi baru dalam teknologi pertanian.
5. Development : Perkembangan inovasi pertanian melalui teknologi pertanian yang dapat dimanfaatkan petani untuk efisiensi dalam kegiatan bertaninya.