resume jurnal RELASI ANTARA MODAL SOSIAL PENYULUH DAN KEBERHASILAN PENYULUHAN PERTANIAN


RELASI ANTARA MODAL SOSIAL PENYULUH DAN KEBERHASILAN PENYULUHAN PERTANIAN: Kasus Desa Limbung dan Desa Tubajeng, Kecamatan Bajeng, Kabupaten Gowa, Provinsi Sulawesi Selatan

Kegiatan penyuluhan sangat penting dalam pembangunan pertanian. Dalam kegiatan penyuluhan melibatkan pihak yang menyampaikan informasi yang disebut penyuluh dan sejumlah orang yang menerima informasi tersebut yang disebut petani. Undang-Undang RI Nomor 16 tahun 2006 tentang Sistem Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan, disebutkan penyuluhan pertanian adalah suatu proses pembelajaran bagi pelaku utama serta pelaku usaha agar mereka mau dan mampu menolong dan mengorganisasikan dirinya dalam mengakses informasi pasar, teknologi, permodalan dan sumberdaya lainnnya, sebagai upaya untuk meningkatkan produktivitas, efisiensi usaha, pendapatan, dan kesejahteraannya, serta meningkatkan kesadaran dalam pelestarian fungsi lingkungan hidup.
Keberhasilan pelaksanaan program penyuluhan dipengaruhi oleh banyak faktor yang  dikelompokkan ke dalam faktor yang berkaitan dengan karakteristik penyuluh, kompetensi, motivasi, kemandirian penyuluh, organisasi, dukungan inovasi dan latar belakang sosial budaya masyarakat petani.
Modal sosial dapat didefinisikan sebagai serangkaian nilai dan norma yang dimiliki bersama diantara para anggota suatu kelompok masyarakat yang memungkinkan terjadinya kerjasama diantara mereka (Fukuyama, 2002). Kegiatan penyuluhan pertanian dapat berhasil jika penyuluh dapat bekerjasama dengan petani secara kolektif untuk belajar dan saling berbagi pengetahuan dan pengalaman di bidang pertanian, sehingga modal sosial yang ada di masyarakat memiliki peranan demi keberhasilan kegiatan penyuluhan tersebut. Tiga unsur utama dalam modal sosial adalah trust (kepercayaan), reciprocal (hubungan timbal balik), dan jaringan sosial (networking).
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, maka artikel ini bertujuan untuk mengetahui modal sosial yang dimiliki oleh penyuluh pertanian, tingkat keberhasilan pelaksanaan penyuluhan pertanian, dan hubungan antara modal sosial penyuluh dengan keberhasilan pelaksanaan program penyuluhan pertanian.
Penelitian ini dilaksanakan di Desa Tubajeng dan Desa Limbung, Kecamatan Bajeng, Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan. Penelitian ini mencakup 3 kelompok tani dari 300 kelompok tani di Kecamatan Bajeng yang dipilih secara purposive dengan melihat kualifikasi kelembagaannya yaitu pemula, madya dan lanjut. Kelompok Tani Sappaya III adalah Kelompok Tani tingkat madya, Kelompok Tani Taipa Bannya adalah kelompok tani tingkat lanjut, dan Kelompok Tani Bontorita adalah kelompok tani tingkat pemula. Seluruh petani (populasi) yang terdapat dalam 3 kelompok tani tersebut yang berjumlah 75 orang dipilih sebagai responden. Modal sosial penyuluh dan keberhasilan penyuluhan pertanian diukur dengan skala likert yang kemudian variabel tersebut dianalisis dengan analisis korelasi Pearson Product Moment Correlation . Data dianalisis dengan menggunakan program SPPS versi 2.1.
Hasil penelitian menunjukkan penilaian petani terhadap keberhasilan penyuluhan pertanian adalah Kelompok Tani Bontorita I yang merupakan kelompok tani pemula, semua petani (100%) menilai keberhasilan penyuluhan pertanian cukup tinggi. Pada Kelompok Tani Taipa Bannya I yang berada pada kelas lanjut, 16% petani menilai dengan keberhasilan tinggi dan 84% lainnya menilai cukup tinggi. Sedangkan pada Kelompok Tani Sappaya III yang merupakan kelompok tani madya, 32% petani pada kelompok tani ini menilai keberhasilan penyuluhan tinggi dan selebihnya 68% menilai cukup tinggi. Dari ketiga kelompok tani yang diteliti dapat dikatakan bahwa semua petani menilai pelaksanaan program penyuluhan dalam kelompoknya dengan kategori cukup tinggi hingga kategori tinggi.
Modal sosial penyuluh diukur melalui tiga aspek yaitu kepercayaan (trust), hubungan timbal balik (reciprocity) dan jaringan (networking). Untuk mengukur aspek trust penyuluh digunakan sebanyak 18 pertanyaan, resiprositas sebanyak 18 pertanyaan dan jaringan sebanyak 15 pertanyaan.
Tingkat kepercayaan (trust) petani terhadap penyuluh pertanian adalah pada semua kelompok tani, baik pada kelas pemula, lanjut maupun madya, seluruh petani menilai kepercayaan dengan kategori cukup tinggi hingga kategori tinggi terhadap penyuluh pertanian. Hubungan antara keberhasilan penyuluhan dengan kepercayaan petani terhadap penyuluh pertanian pada 3 kelompok tani yang diteliti adalah kuat dengan koefisien korelasi masing-masing Kelompok Tani Bontorita I sebesar 0,644, Kelompok Tani Taipa Bannya I sebesar 0,696, dan Kelompok Tani Sappaya III sebesar 0,767 dengan derajat hubungan yang sangat nyata. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa rasa percaya (trust) yang terbangun antara petani dan penyuluh berhubungan dengan keberhasilan pelaksanaan program penyuluhan.
Dalam proses penyuluhan pertanian, hubungan yang berlangsung antara penyuluh dan petani merupakan hal penting yang perlu diperhatikan, karena dengan hubungan timbal balik yang baik antara penyuluh dan petani akan membantu proses program penyuluhan yang berlangsung. Penilaian petani terhadap resiprositas atau hubungan timbal balik antara penyuluh dengan petani adalah menunjukkan bahwa tingkat resiprositas petani dengan penyuluh pertanian yang diteliti adalah cukup tinggi.
Fakta ini dapat dijelaskan bahwa di lokasi penelitian penyuluh memang memiliki hubungan yang erat dengan petani seperti yang diuraikan pada tingkat kepercayaan. Para penyuluh setidaknya seminggu sekali menyempatkan waktu untuk berkumpul dengan petani yang berada di lokasi/wilayah tugasnya, untuk memantau jalannya program, mendampingi petani atau hanya sekedar bersilaturrahim dengan para petani. Seringnya penyuluh ke lokasi penyuluhan dan keeratan hubungan yang terjalin dengan petani, membuat petani lebih mudah untuk berkomunikasi dengan penyuluh untuk memberi masukan terhadap program yang berlangsung.
Hasil uji F menunjukkan bahwa relasi antara hubungan resiprositas antara petani dan penyuluh dengan keberhasilan program penyuluhan pada tiga kelompok tani yang diteliti adalah signifikan (nyata) dengan nilai F antara 0,001 dan 0,002. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa hubungan timbal balik antara petani dengan penyuluh berhubungan dengan keberhasilan program penyuluhan.
Jaringan yang dimiliki penyuluh menunjukkan besar kecilnya hubungan yang terbentuk antara penyuluh dengan petani serta stakeholder penyuluhan. Makin besar jaringan sosial yang dimiliki penyuluh makin besar perhubungan-perhubungan yang terbentuk darinya. Terdapat 15 pertanyaan yang digunakan dalam kuesioner untuk mengukur tingkat jaringan sosial penyuluh di lokasi penelitian. Tingkat jaringan sosial penyuluh pertanian di lokasi penelitian adalah diketahui bahwa nilai jaringan sosial penyuluh pertanian yang diteliti berada pada tingkatan sedang sampai cukup tinggi.
Realitas ini dapat dijelaskan karena penyuluh pertanian belum optimal melibatkan stakeholder pendukung dalam kegiatannya. Seperti menyediakan pasar produksi bagi para petani, kerjasama dengan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) yang masih minim dilakukan. Namun petani pada lokasi penelitian, membenarkan bahwa penyuluh pernah melakukan kegiatan bersama dengan LSM pada lokasi penyuluhan dan yang paling minim adalah jaringan penyuluh pada pihak perbankan. Namun jaringan sosial penyuluh dalam desa memiliki skor yang cukup baik hal ini tidak terlepas dari kepercayaan dan resiprositas penyuluh yang cukup baik dalam desa, keeratan yang dimiliki oleh penyuluh dan petani memudahkan penyuluh dalam menyampaikan informasi atau ajakan untuk melakukan musyawarah.
Analisis hubungan antara unsur-unsur modal sosial secara parsial dengan keberhasilan penyuluhan pertanian yang memperlihatkan bahwa terhadap hubungan yang erat diantaranya. Sedangkan hasil analisis unsur-unsur modal sosial secara keseluruhan dengan keberhasilan penyuluhan pertanian diketahui bahwa kepercayaan, resiprositas, dan jaringan sosial penyuluh pertanian secara bersamasama pada 3 kelompok tani yang diteliti memiliki hubungan yang kuat hingga sangat kuat. Pada Kelompok Tani Bontorita I nilai koefisien korelasinya sebesar 0,773, Kelompok Tani Taipa Bannya I sebesar 0,791, dan Kelompok Tani Sappaya III sebesar 0,820. Ketiganya mempunyai hubungan yang sangat kuat. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa terdapat hubungan yang berlangsung secara simultan dan signifikan antara modal sosial dengan keberhasilan penyuluhan pertanian yang terjadi pada 3 kelompok yang diteliti.
Program penyuluhan yang dilaksanakan oleh penyuluh dinilai berhasil oleh petani. Modal Sosial penyuluh pertanian yang bertugas pada lokasi penelitian, dalam bentuk kepercayaan, resiprositas dan jaringan sosial adalah cukup tinggi. Hal ini disebabkan karena petani menilai kinerja penyuluh cukup baik serta para petani sangat senang dengan pendampingan yang diberikan khususnya pemberian informasi dan teknologi seputar usahatani yang mereka usahakan. Penelitian ini juga menyimpulkan bahwa modal sosial berupa kepercayaan (trust), hubungan timbal balik (resiprositas) dan jaringan sosial penyuluh secara parsial maupun secara bersama-sama berpengaruh terhadap keberhasilan program penyuluhan pertanian pada kelompok tani pemula, madya dan maju.

Sumber (JURNAL SOSIAL EKONOMI PERTANIAN, Vol. 14, No. 2, Juni 2018)
oleh : latifah Nur Azizah
nim : 16/394297/PN/14536

Komentar

  1. Nilai penyuluhan :
    Relasi antara hubungan resiprositas antara petani dan penyuluhan dengan keberhasilan program penyuluhan pada kelompok tani itu adanya signifikan

    Sasaran : sasaran yang ada yaitu para petani yang memiliki hubungan yang erat seperti yang di uraikan pada tingkat kepercayaannya.

    Manfaat : merujuk untuk pada kelompok tani dan pada tingkat tertentu dan adanya keberhasilan penyuluhan pertanian dengan skala lingkup varian kelompok nya dan meningkatkan kepercayaan diri para petani


    Nilai pendidikan : Makin besarnya jaringan sosial yang dimiliki penyuluhan maka makin besar pula keberhasilan yang di dapat kan nya.


    Nilai Berita
    Time line: Artikel tersebut tidak basi dan karena adanya di sambungkan dengan teknologi dan penyuluhan yg sedang berkembang
    Proximity : Pada tulisan tersebut dapat dilihat merujuk langsung dengan petani
    Importance: pada tulisan tersebut adanya nilai yang penting dan bermanfaat bagi petani dan kelompok yang ada
    Consequence : pada tulisan tersebut kita tau setiap sesuatu itu pasti berdampak bagi siapa pun yang lihat atau mendengar nya ,maka dapat memberi dampak positif bagi petani langsung.

    BalasHapus
  2. komentar : Krisdayanti Sitanggang
    Nim: 16/394296/PN/14535

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Alat peraga poster Hidroponik

ALAT PERAGA "FOLDER" KELOMPOK 1

FOLDER SISTEM TANAM JAJAR LEGOWO (Kelompok 2)