Resume Jurnal

PENGGUNAAN INTERNET DAN PEMANFAATAN INFORMASI
PERTANIAN OLEH PENYULUH PERTANIAN DI KABUPATEN
BOGOR WILAYAH BARAT
Internet Ussage and Agricultural Information Utilization by  Agricultural Extension Staff  in Bogor District

Novi Elian1, Djuara P Lubis, Parlaungan A Rangkuti

Jurnal Komunikasi Pembangunan, Juli 2014 Vol.12, No.2



Pesatnya perkembangan teknologi komunikasi menyebabkan semakin banyaknya media komunikasi yang dapat digunakan dalam mendiseminasikan informasi pertanian. Salah satunya adalah komunikasi dunia maya atau media internet. Pemanfaatan teknologi komunikasi dalam pembangunan pertanian memerlukan kompetensi dari pengguna teknologi informasi dan komunikasi tersebut. Petani merupakan  salah  satu  pihak yang  lemah  akses  terhadap  sumber  informasi  sehingga hanya dapat mengandalkan kapasitas penyuluh untuk mendampinginya mengembangkan proses belajar inovasi pertanian.

Fokus utama dari aplikasi ICT (Information and Communication Technologies) di bidang pertanian adalah memenuhi kebutuhan petani untuk informasi. Beberapa informasi penting bagi pertumbuhan dan perkembangan pertanian, antara lain informasi pasar, teknik terbaru dan teknologi, program pembangunan pedesaan dan subsidi, peramalan cuaca, teknologi pasca panen, berita pertanian umum, informasi tentang asuransi/klaim pengolahan, harga input dan ketersediaan, peringatan dini dan manajemen penyakit dan hama, uji tanah dan informasi pengambilan contoh tanah.  Mulyandari (2011), menyatakan begitu banyak hasil penelitian di bidang pertanian yang telah dan sedang dilaksanakan, serta akan terus ada penelitian-penelitian pertanian di masa depan, di dalam maupun di luar negeri.

 Hasil penelitian bidang pertanian yang berupa informasi pertanian berguna untuk memperbaiki atau memecahkan masalah yang ada dalam bidang pertanian. Informasi tersebut bukan hanya sekedar konsumsi bagi para peneliti  lain untuk dijadikan bahan acuan akan tetapi juga untuk meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraannya, yang pada akhirnya juga untuk memenuhi kebutuhan hidup seluruh umat manusia. Namun informasi hasil penelitian pertanian tersebut pada kenyataannya belum mencapai sasaran utamanya, yaitu para petani. Stagnansi inovasi dan informasi pertanian yang selama ini telah terjadi, diharapkan dapat diperbaiki dengan TIK melalui akses terhadap informasi pasar, input produksi, tren konsumen, pemasaran, pengelolaan penyakit dan hama/tanaman ternak, peluang pasar, harga pasar, dan lain sebagainya (Sumardjo et al. 2009).

Tuntutan bahwa penyuluh harus dapat tahu berbagai informasi cepat dan tepat mengenai bidang pertanian secara tidak langsung mengharuskan penyuluh untuk dapat mengikuti perkembangan teknologi dan informasi global  melalui pemanfaatan TIK. Penelitian ini bermaksud untuk mengkaji bagaimana penggunaan internet dan pemanfaatan informasi pertanian oleh penyuluh pertanian. Berdasarkan hal tersebut, maka dilakukan penelitian mengenai bagaimana penggunaan internet oleh penyuluh pertanian, faktor-faktor yang berhubungan dengan tingkat penggunaan internet oleh penyuluh pertanian, serta pemanfaatan informasi pertanian yang diperoleh penyuluh dari internet. Dengan demikian dapat diketahui tingkat penggunaan dan pemanfaatan informasi pertanian dari internet oleh para penyuluh.

Penelitian tersebut didesain dengan pendekatan survei yang bersifat deskriptif   korelasional. Pengumpulan data dilakukan selama bulan Mei sampai dengan Juni 2014. Responden penelitian adalah penyuluh pertanian yang memanfatakan internet dan bertugas di Kabupaten Bogor Wilayah Barat, diambil secara sensus sebanyak 60 orang. Penentuan lokasi dilakukan secara purposif yang didasarkan atas pertimbangan bahwa di Kabupaten Bogor Wilayah Barat terdapat aktivitas penggunaan internet oleh penyuluh pertanian. Data dikumpulkan dengan melakukan observasi, mengajukan kuesioner dan teknik wawancara. Analisis data menggunakan analisis statistik deskriptif dan analisis uji korelasi rank spearman dengan aplikasi SPSS versi 20.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan, diketahui bahwa persentase responden menggunakan internet berdasarkan frekuensi penggunaan dalam satu minggu tergolong rendah. Durasi penggunaan internet juga masih tergolong rendah, yakni kurang atau sama dengan tiga jam per hari. Hampir keseluruhan responden menggunakan internet dalam tempo yang relatif singkat. Hal ini dikarenakan responden mempunyai tugas inti untuk melakukan kunjungan ke kelompokkelompok tani hampir setiap hari, sehingga tidak mempunyai cukup waktu mengakses internet. Keaktifan dan kemampuan dalam menggunakan internet dalam kurun waktu yang singkat merupakan keterampilan yang didukung oleh pengetahuannya sehingga mampu melakukan pemenuhan kepuasan informasi dan berkomunikasi. 

Hasil penelitian di lapangan menunjukkan bahwa internet digunakan untuk memperoleh informasi melalui fasilitas penelusuran (search engine) yang terdapat di google.com. Responden dapat menerima informasi dari berbagai sumber melalui fasilitas ini. Situs yang menjadi favorit responden adalah situs Kementerian Pertanian. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden telah dapat memanfaatkan internet untuk keperluan tugas dan tanggung jawab mereka sebagai penyuluh pertanian.   Sejalan dengan hasil penelitian Andarwati dan Sankarto (2005) yang menyatakan bahwa internet juga dianggap sebagai perpustakaan canggih yang berteknologi tinggi yang sangat memungkinkan informasi diperoleh dengan mudah.

Durasi dan penggunaan internet dipengaruhi oleh beberapa factor. Umur memiliki hubungan negatif dan sangat nyata dengan frekuensi serta hubungan negatif dan nyata dengan durasi penggunaan internet. Hal ini menunjukkan semakin tinggi umur responden, maka frekuensi dan durasi responden  mengakses internet semakin kecil. Responden dengan umur yang lebih tua cenderung lebih konvensional dalam mencari informasi pertanian. Kapabilitas dan keterbatasan fisik menjadi salah satu hal yang meyebabkan rendahnya frekuensi dan durasi penggunaan internet oleh penyuluh senior. Berbeda dengan usia muda yang lebih cakap menggunakan teknologi informasi dan juga memiliki rasa keingintahuan yang tinggi. Ketersediaan alat teknologi informasi memiliki hubungan positif dan sangat nyata dengan durasi penggunaan internet. Hal ini menujukkan bahwa semakin tinggi ketersediaan alat teknologi informasi maka semakin tinggi durasi  dan penggunaan internet oleh responden.    

Informasi mengenai teknologi  pengolahan hasil, pemasaran, iklim dan permodalan adalah informasi yang paling sering diakses oleh responden. Hasil tersebut ditunjukkan dengan hampir seluruh responden menelusuri informasi ini melalui media internet. Informasi tersebut sangat dibutuhkan oleh penyuluh pertanian dalam memberikan pertimbangan-pertimbangan kepada petani dalam mengembangkan usaha taninya. Informasi pemasaran dan iklim adalah informasi yang paling sering diakses oleh responden. Sedangkan, informasi permodalan sudah sesuai dengan program-program yang dijalankan Kementerian Pertanian, salah satunya progam PUAP (Pengembangan Usaha Agribisnis Pertanian) yang sudah berjalan sejak tahun 2009. Sehingga informasi tentang permodalan tidak berhubungan nyata dengan durasi dan frekuensi penggunaan internet, karena informasi ini sudah tersedia dengan sendirinya.

Penyuluh pertanian sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya berkedudukan sebagai pelaksanan teknis fungsional yang bertugas menyiapkan, melaksankan, mengembangkan, mengevaluasi, dan melaporkan kegiatan penyuluhan pertanian. Penyuluh pertanian memerlukan dukungan informasi yang memadai dalam menjalankan tugas pokok dan fungsinya. Informasi yang diperoleh dapat dimanfaatkan sebagai bahan penyusunan rancangan program penyuluhan, bahan penyusunan rencana kerja penyuluh pertanian, bahan penyusunan materi penyuluhan dan lain sebagainya. Pemanfaatan informasi pada penelitian ini diukur berdasarkan penggunaan informasi yang disimpan untuk pribadi, dibagikan ke sesama penyuluh atau disebarkan ke petani.

Telah diketahui bahwa lebih dari separuh responden atau sebanyak 62 % memanfaatkan informasi yang diperoleh dari internet dengan membagikannya ke sesama penyuluh. Informasi yang didapatkan dari internet ternyata tidak langsung disebarkan ke petani tetapi didiskusikan terlebih dahulu sesama penyuluh. Hal ini juga dikarenakan informasi-informasi yeng diperoleh oleh responden disesuaikan terlebih dahulu dengan kebutuhan petani. Hal ini sejalan dengan pendapat Bernal dalam Suryantini (2003) mengemukakan bahwa, sebagai seorang pengguna informasi, maka kebutuhan informasi pengguna dipengaruhi oleh (1) subyek bidang keahliannya, dan (2) fungsi pengguna, apakah informasi tersebut untuk menambah pengetahuan, untuk melengkapi informasi yang diperoleh, atau untuk menerapkan informasi tersebut.

Fakta di lapangan menujukkan bahwa sebagian besar responden mencari informasi di  internet dalam rangka melengkapi informasi yang sudah ada, kemudian memperluas wawasan mereka, sehingga tidak semua informasi tersebut diteruskan ke petani. Berdasarkan pengakuan salah seorang responden meyebutkan informasi yang mereka peroleh sebenarnya sudah mereka dapatkan sebelumnya, hanya saja mereka berusaha mencari informasi lebih banyak dan lebih lengkap lagi melalui internet. Umunya informasi yang diteruskan ke petani adalah informasi yang sebelumnya tidak sampai ke petani. Sementara informasi yang sudah ada tersebut menjadi bahan diskusi ke sesama penyuluh, namun tidak sedikit informasi tersebut mereka simpan sendiri.

Berdasarkan fakta tersebut di atas, dapat diketahui bahwa penggunaan internet oleh responden tergolong pada kategori rendah. Lebih dari separuh responden menggunakan internet kurang dari tiga kali dalam seminggu. Hampir seluruh responden mengakses internet kurang dari tiga jam dalam sehari.  Selain itu, terjadi ketimpangan pada pemanfaatan informasi pertanian oleh responden, sebab informasi yang diperoleh belum pada tahap disebarkan ke petani. Lebih dari separuh responden hanya membagikannya ke sesama penyuluh, bahkan masih ada responden yang memanfaatkan informasi tersebut untuk disimpan pribadi.


Sumber :
Eliani, N., Lubis, D. P., Rangkuti P. A. 2014. Penggunaan internet dan pemanfaatan informasi pertanian oleh penyuluh pertanian di Kabupaten Bogor wilayah barat. Jurnal Komunikasi Pembangunan, Vol.12, No.2.
Resume oleh :
Nama  : Dery Rizky Pratama
NIM    : 17/412879/PN/15201

Komentar

  1. Asmiarsi Rahmatifah
    17/412877/PN/15199


    Dari artikel di atas dapat diketahui adanya
    1. Nilai penyuluhan
    a. Sumber teknologi/ide : keseluruhan artikel membahas tentang penggunaan teknologi informasi dan komunikasi bagi petani dan penyuluh.Ide dari penulis adalah penyuluh harus mampu mengikuti perkembangan teknologi & informasi digital global.
    b. Sasaran : sasaran tidak langsung (penyuluh pertanian)
    c. Manfaat : Menambah semangat penyuluh untuk belajar TIK, menyadarkan penyuluh tentanv pentingnya TIK bagi pertanian.
    d. Nilai pendidikan : Memberikan informasi mengenai tingkat penggunaan TIK oleh petani.
    2. Nilai berita
    a. Timelines : isi artikel masih terkait dengan peristiwa yang terjadi akhir-akhir ini
    b. Proximity : isi artikel memiliki kedekatan dengan pertanian
    c. Importance : isi artikel penting untuk diketahui penyuluh, pemerintah, dan stakeholder lainnya agar penggunaan TIK dapat lebih dikembangkan lagi
    d. Development : artikel mengulas tentang perkembangan TIK di bidang pertanian yang masih perlu diperbaiki lagi.

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Alat peraga poster Hidroponik

ALAT PERAGA "FOLDER" KELOMPOK 1

FOLDER SISTEM TANAM JAJAR LEGOWO (Kelompok 2)