Resume Jurnal "PEMANFAATAN MEDIA SOSIAL DALAM PENYULUHAN PERTANIAN DAN PERIKANAN DI INDONESIA "
Judul Jurnal : Jurnal Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian
Judul : PEMANFAATAN MEDIA SOSIAL DALAM PENYULUHAN PERTANIAN DAN PERIKANAN DI INDONESIA
Volume : Vol. 6 No. 1
Tahun : 2017
Penulis : Kadhung Prayoga
Reviewer : Dhia Fildzah Farhana
PEMANFAATAN MEDIA SOSIAL DALAM PENYULUHAN PERTANIAN DAN PERIKANAN DI INDONESIA
Kadhung Prayoga
PENDAHULUAN
Teknologi dan informasi dalam era
globalisasi kini telah berkembang sedemikian rupa, salah satunya adalah
penggunaan internet yang memudahkan berbagai keperluan manusia. Keberadaan
internet telah menggeser penggunaan surat kabar dan televisi. Kini, masyarakat
mulai beralih ke media online seperti
media sosial. Namun, penggunaan internet ini masih belum bisa dinikmati
sepenuhnya oleh mereka yang berkecimpung di dunia pertanian, perikanan, dan
peternakan yaitu para petani, nelayan, dan peternak. Mereka masih sulit untuk
mendapatkan informasi karena keterbatasan akses yang mereka miliki. Maka dari
itu Kementerian Perikanan dan Kelautan dan Kementerian Pertanian mengembangkan
sebuah sistem penyuluhan yang memanfaatkan media sosial sebagai media
penyuluhannya.
Penggunaan media sosial sebagai media
penyuluhan ini juga mengikuti perkembangan zaman yang ada. Perubahan ini
menjadi sebuah tuntutan yang harus dilakukan di sektor penyuluhan perikanan dan
pertanian. Untuk terus mengembangkan sumber daya manusia baik dari sisi
penyuluh, petani, dan nelayan, Pusat Penyuluhan dan Pemberdayaan Masyarakat
Kelautan dan Perikanan beserta Kementerian Pertanian telah mencoba menjadi
sebuah badan yang dinamis dan berkembang dengan memanfaatkan media sosial.
Kompetisi di era digital ini juga menjadi
salah satu langkah untuk memenangkan kompetisi dengan negara lain. Tujuan
utamanya tentu saja dalah kemajuan dalam sektor agro seperti petanian dan
perikanan di Indonesia. Nelayan dan petani disini juga dituntut untuk bisa
menyesuaikan diri dengan perubahan yang terjadi agar tidak tertinggal dengan
kompetitornya di daerah lain. Begitu pula dengan penyuluh, penyuluh harus bisa
mengembangkan diri di era digital yang serba maju ini guna menjadi fasilitator
yang bisa mengangkat harkat hidup para petani dan nelayan.
METODE PENELITIAN
Penulis melakukan pendekatan secara
kualitatif dan menggunakan metode yang digunakan adalah metode deskriptif dan
analisis wacana. Penulis berusaha untuk menjelaskan penggunaan media sosial
dalam kegiatan penyuluhan. Teknik pengumpulan datanya sendiri menggunakan
metode studi pustaka untuk mendapatkan data-data sekunder. Data sekunder dalam jurnal
ini berupa bahan-bahan tertulis yang berasal dari penelitian terdahulu, jurnal,
buku, tesis, disertasi, dan berbagai informasi digital yang ada di internet.
HASIL DAN
PEMBAHASAN
Salah satu masalah yang dihadapi
masyarakat pesisir dan petani adalah minimnya informasi terkait kegiatan budi
daya, pengelolaan, dan pemasaran hasil perikanan. Hal ini terjadi karena
minimnya penguasaan teknologi informasi oleh petani dan nelayan, disini
penyuluh juga masih terbatas dalam memanfaatkan teknologi informasi. Sehingga,
informasi yang seharusnya bisa cepat sampai ke tangan nelayan menjadi
terhambat. Hal ini senada dengan pernyataan Apriantono (2006), bahwa salah satu
masalah yang paling banyak dihadapi oleh sektor agrokompleks adalah penguasaan
dan akses teknologi informasi yang masih lemah dan sangat kurang. Dengan adanya
media sosial diharapkan tercipta marketplace baru yang akan menghubungkan
kepentingan produsen dan konsumen.
Tingkat kemampuan petani dalam mengakses
informasi melalui media sosial disebabkan oleh modal pendidikan yang dimiliki
oleh masing-masing petani. Semakin rendah tingkat pendidikannya maka akses
petani terhadap sumber informasi menjadi lemah. Begitupula dalam pemanfaatan
media sosial, media sosial secara tidak langsung mensyaratkan pemakainya
memiliki pendidikan yang relatif tinggi agar bisa mengikuti. Masalahnya petani
yang ada pendidikannya rendah dan kurang terbuka dengan perkembangan teknologi
informasi, sehingga mereka kesulitan dalam memanfaatkan media sosial. Menurut
data yang terdapat dalam jurnal ini terdapat beberapa media social yang
digunakan serta angka pemakaian media social tersebut untuk melakukan
penyuluhan :
1. Facebook
Pusat
Penyuluhan dan Pemberdayaan Masyarakat Kelautan dan Perikanan tidak aktif dalam
melakukan penyuluhan lewat facebook.
Sementara
itu, kondisi berbeda terlihat dalam akun facebook Kementerian Pertanian. Dalam
akun facebooknya, Kementerian Pertanian sangat aktif dalam memberikan informasi
kepada masyarakat. Berbagai informasi tidak hanya terkait budidaya, teknologi,
dan pemasaran namun juga terkiat berbagai hal seperti kegiatan dan event yang
akan dilaksanakan oleh Kementerian Pertanian. Di akun facebooknya, Kementerian
Pertanian juga sudah memanfaatkan fitur catatan sehingga masyarakat bisa
melihat hal-hal yang penting tanpa harus membuang banyak waktu.
2. Twitter
Pada
akun twitter Pusat Penyuluhan dan Pemberdayaan Masyarakat Kelautan dan
Perikanan lebih aktif di bandingkan dengan akun Facebooknya, hingga kini telah
melakukan tweet sebanyak 16 ribu kali. Akun twitter ini juga terbilang aktif ,
cepat tanggap dan memberikan informasi yang real time juga menjadi kesan yang
akan didapatkan ketika berhubungan dengan akun ini.
untuk
sektor pertanian kegiatan penyuluhan yang dilakukan lewat twitter masih belum
memliki akun yang spesifik seperti sektor perikanan. Penyuluhan sektor
pertanian masih ikut dalam akun Kementerian Pertanian (@Kementerian Pertanian).
3. Video
Conference (Video conference)
Video conference menurut Pusat Penyuluhan dan
Pemberdayaan Masyarakat Kelautan dan Perikanan (2016) adalah mekanisme
pertukaran informasi di bidang perikanan melalui area cyber, suatu ruang
imajiner di balik interkoneksi jaringan komputer melalui peralatan komunikasi.
Lewat video conference, siapapun yang terhubung bisa saling bertukar informasi
lewat audio maupun video. Video conference menjadi salah satu alternatif yang
diciptakan guna menghubungkan penyuluh yang jumlahnya terbatas dan nelayan yang
jumlahnya sangat banyak. Penyuluh antar daerah yang terpisah ruang, jarak, dan
waktu juga diharapkan bisa lebih muah dalam bertukar informasi dengan penyuluh
lain.Jika nelayan memiliki masalah maka mereka tidak hanya berkonsultasi dengan
penyuluh di daerahnya namun bisa juga berkonsultasi dengan penyuluh di daerah
lain
Sedangkan dalam
penyuluhan disektor pertanian,penggunaan video conference masih belum digunakan
dengan maksimal. Kementerian Pertanian hanya mengunggah video yang sifatnya
satu arah dimana masyarakat tidak dapat langsung memberikan umpan balik kepada
materi yang disampaikan.
kesimpulan yang dapat diambil dari beberapa data diatas yaitu dapat disimpulkan bahwa Pusat Penyuluhan dan Pemberdayaan Masyarakat Kelautan
dan Perikanan dan Kementerian Pertanian benar-benar memanfaatkan media sosial
dalam kegiatan penyuluhannya. Twitter dan video conference benar-benar menjadi
media dalam menyampaikan informasi kepada masyarakat. Namun, facebook yang
tidak digunakan secara optimal oleh Pusat Penyuluhan dan Pemberdayaan
Masyarakat Kelautan dan Perikanan. Mengingat twitter dan video conference belum
digunakan oleh banyak orang, terutama kalangan nelayan dan masyarakat pesisir.
Sedangkan untuk Kemeterian Pertanian justru kebalikannya, Kementerian Pertanian
sangat aktif dalam memanfaatkan facebook dan twitter. Namun, Kementerian
Pertanian masih belum maksimal dalam menggunakan metode video conference.
Namun diketahui juga bahwa penggunaan media sosial dalam penyuluhan dirasa kurang
efektif dan efisien.dapat diketahi bahwa selama ini pemanfaatan media yang
berbasis internet masih lemah dilakukan oleh masyarakat pedesaan. Mayoritas
hanya menggunakan radio, surat kabar, dan televisi guna mencari informasi
pertanain, peternakan, maupun perikanan. Padahal pemberitaan terkait informasi
pertanian tidak banyak dijumpai di media massa seperti tersebut. Selain itu
nelayan,petani, dan peternak yang notabenya banyak hidup pedesaan memiliki
fasilitas yang kurang untuk mengakses media sosial tersebut.
Saat ini petani
mulai mengurangi rasa kepercayaan mereka kepada penyuluh jika penyuluh tersebut
memiliki wawasan yang terbatas. Seperti yang dikatakan oleh Tamba (2007), bahwa
mayoritas petani yang dijadikan objek penelitiannya menyatakan jika penyuluh
tidak mampu menyediakan informasi yang dibutuhkan. Penyuluh dinilai memiliki
wawasan yang terbatas dan hanya terfokus pada komoditas pangan. Ditambah dengan
kurangnya akses penyuluh terhadap sumber informasi menjadikan kredibilitas
penyuluh di mata petani menjadi semakin rendah. dari sini pemerintah dan penyuluh
harus lebih responsif guna mengenalkan media sosial dan bagaimana
pemanfaataannya guna mendukung kegiatan Bertani dan lain-lainnya.
Nama : Dhia Fildzah Farhana
NIM : 17/414719/PN/15300
Nama : Abidah Tauchid
BalasHapusNIM : 17/414717/PN/15298
1.Nilai penyuluhan :
a.Sumber teknologi/ide : Adanya internet telah menggeser pengguna surat kabardan televisi, pada era ini masyarakat lebih memilih ke media online seperti media sosial sehingga perlu adanya pengembangan media sosial sebagai media penyuluh pertanian maupun perikanan agar petani ataupun nelayan lebih memahami masalah ataupun kondisi yang sedang berkembang saat ini.
b.Sasaran : nelayan dan petani
c.Manfaat : Adanya pengoptimalan penggunaan media sosial, sasaran lebih mengerti kondisi ataupun masalah yang sedang terjadi saat ini, serta dapat menyelesaikan permaslahan yang ada.
2.Nilai berita :
a. Timelines : jurnal yang di review pada tahun 2017 (untuk ukuran jurnal tahun tersebut tergolong baru), reviewer mempublikasikan hasil reviewnya pada 10 September 2018
Proximity : reviewer menuliskan bahwa jurnal yang di review sangat dekat dengan sasaran (petani dan nelayan)
b. Importance : tulisan reviewer mengandung informasi yang sangat penting, yaitu optimalisasi penggunaan media sosial yang berguna bagi sasaran
c. Policy : tulisan berisi tentang kebijakan pemerintah dalam pengoptimalan publikasi informasi terkait pertanian secara luas
d. Consequence : tulisan berisi tentang sebab yang sangat menguntungkan bagi sasaran jikalau sasaran mengerti tentang informasi yang diberikan melalui media sosial yang telah di optimalkan
e. Conflict : nilai tulisan yang sangat bermakna bagi sasaran yaitu menambah wawasan tentang seberapa optimal pemerintah menggunakan media sosial guna mencerdaskan sasaran
f. Development : tulisan berisi tentang perkembangan mengenai kemajuan teknologi khususnya media sosial bagi sasaran.