RESUME JURNAL : Akses informasi pertanian melalui media komunikasi pada kelompok tani di Kabupaten Sambas dan Kota Singkawang
Judul Jurnal : Jurnal
Komunikator
Judul : Akses informasi pertanian melalui media komunikasi pada kelompok tani di Kabupaten Sambas dan Kota Singkawang
Volume : Vol. 8 No. 1
Tahun : 2016
Penulis : Harmoko dan Erik Darmansyah
Reviewer : Nurul Wilda Aghni Khaqiqi (14938)
● Latar
Belakang
Akses
informasi bagi para petani merupakan hal yang sangat penting. Hal tersebut
berkaitan dengan proses perkembangan pertanian di suatu daerah. Dapat dikatakan
bahwa suatu daerah yang memiliki akses informasi dengan mudah maka lebih cepat
daerah tersebut mengalami kemajuan, bukan hanya disektor pertanian yang akan
dibahas pada jurnal ini namun juga terkait pada berbagai sektor yang mendukung
kehidupan sehari-hari warga di suatu daerah tersebut. Namun demikian, tentunya
hal ini juga ditunjang dengan ketersediaan media komunikasi dan juga
ketersediaan informasi dalam media itu sendiri.
Informasi yang dibutuhkan petani dalam pengelolaan usaha tani dapat beragam sesuai dengan komoditas usahatani. Secara garis besar,
informasi pada bidang pertanian secara luas dapat dikategorikan menjadi beberapa sub kegiatan dalam
usahatani. Informasi pertanian tersebut berupa teknologi dan inovasi produksi,
pengolahan hasil pertanian, pemasaran hasil, iklim dan cuaca, permintaan/penawaran
dan permodalan. Beberapa informasi pertanian tersebut, dapat diakses melalui
media komunikasi yang tersedia disekitar petani.
Faktor karakteristik petani yang
dapat mempengaruhi pemanfaatan media komunikasi yakni mencakup pendidikan, frekuensi komunikasi, nilai manfaat ekonomi komoditas, tingkat
kosmopolitan dan kebutuhan informasi pertanian. Informasi
merupakan bagian dari pesan dalam proses komunikasi dimana komunikan (petani)
memperoleh pesan berupa inovasi melalui sumber komunikasi. Melihat proses komunikasi tersebut, maka
dalam praktek penyebarluasan inovasi, peran sumber (komunikator) dan komunikan
sangat penting dalam pembangunan.
Mardikanto (2010) mengemukakan adanya empat peranan komunikasi di dalam
pembangunan, yang meliputi :
1. Penyadaran atau menerangkan/ menunjukkan
kepada segenap masyarakat tentang jati diri mereka dan keadaan yang sedang
dihadapi.
2. Memberikan aspirasi (baru) terhadap warga
masyarakat
3. Menunjukkan alternatif atau teknik-teknik
“baru” yang dapat dimanfaatkan atau diterapkan bagi perbaikan mutu hidup
masyarakat sasaran.


























Dengan
memperhatikan manfaat dari pengaruh
informasi terhadap upaya peningkatan kesejahteraan para petani, maka perlu untuk dipilih media komunikasi yang tepat agar proses
komunikasi efektif. Beberapa media komunikasi yang 


























dapat dipilih oleh petani diantaranya media komunikasi interpersonal, media
komunikasi kelompok dan media komunikasi massa. Namun hal yang perlu diingat dalam
pemilihan media komunikasi untuk
mengakses informasi pertanian yakni harus disesuaikan
dengan kondisi sosial ekonomi dan karakteristik
petani. Semakin
sering frekuensi suatu komunikasi
dilakukan, maka
intensitas petani dalam memanfaatkan sumber informasi akan semakin besar.




























Dalam
penyediaan informasi didalam media komunikasi, akses informasi juga perlu
didukung dengan ketersediaan kelembagaan dan sarana akses informasi. Peranan
kelembagaan dalam penyediaan akses informasi akan membuat kegitan penyuluhan
pertanian baik secara langsung maupun secara tidak langsung dapat dilaksanakan
dengan lebih mudah. Bahkan di era serba digital seperti saat ini, nampaknya
tanpa kehadiran penyuluh di lapangan, petani masih tetap bisa mendapatkan
informasi yang dibutuhkan hanya dengan melihat situs web pertanian maupun
menonton vidio terkait langkah budidaya tanaman.
Motivasi petani dalam memenuhi kebutuhan informasi pertanian yang semakin kuat
dan konsisten akan membentuk perilaku petani dalam memanfaatkan sumber- sumber
media komunikasi. Seperti yang telah dijabarkan tadi, wilayah dengan akses informasi pertanian yang mudah akan memberikan
kemudahan dalam akses informasi. Hal tersebut karena wilayah dengan akses informasi
yang mudah lebih didukung oleh keberadaan sinyal internet. Berbeda halnya
apabila wilayah tersebut berada di daerah terpencil atau bahkan di pelosok
gunung, maka jangkauan sinyal internet tidak akan sampai dan akses informasi
baik melalui internet atau dari penyuluh secara langsung lebih sering mengalami
kendala.
Seperti yang dilaporkan Andriyati et al. (2011), informasi yang paling
dibutuhkan petani adalah yang berkaitan dengan teknologi produksi, diikuti
informasi pemasaran dan pascapanen. Ketiga informasi tersebut sangat
dibutuhkan karena mencakup ilmu yang dapat membantu petani untuk meningkatkan
produktifitas hasil lahan mereka. Selain itu, dari adanya informasi terkait
pemasaran, para petani menjadi lebih tau tentang naik turunnya harga komoditas
dipasaran sehingga dapat mencegah petani mengalami kerugian. Media yang paling sering diakses oleh para petani yakni bertukar
informasi dalam suatu pertemuan, kemudian diikuti media elektronik dan media cetak.
● Metodologi
Metode yang
digunakan dalam penelitian berjudul akses
informasi pertanian melalui media komunikasi pada kelompok tani di Kabupaten Sambas dan Kota Singkawang ini adalah metode deskriptif analitik dan eksplanatif. Sampel penelitian
adalah petani yang tergabung dalam kelompok tani yang berada di Kabupaten
Sambas dan Kota Singkawang. Sedangkan untuk teknis analisis data yang digunakan merupakan analisis statistik Parametrik.
Analisis data yang digunakan yaitu uji hubungan (korelasi) untuk mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh dalam
pemanfaatan media komunikasi. Sedangkan untuk mengetahui perbedaan akses informasi pertanian antara kelompok tani di Kabupaten Sambas dan Kota
Singkawang menggunakan uji beda (t-Tes).
Untuk mengetahui kebutuhan informasi pertanian teknik analisis data yang
digunakan adalah statistik inferensial.
● Hasil
Media komunikasi dapat dibedakan berdasarkan
jumlah orang yang terlibat. Media komunikasi yang ada yaitu, media
interpersonal, kelompok dan massa. Media interpersonal merupakan media
komunikasi berupa dua orang atau lebih yang melakukan proses komunikasi. Media
kelompok merupakan media komunikasi yang dilakukan oleh kelompok khususnya
kelompok tani dalam melakukan proses komunikasi berupa bertukar informasi di
bidang pertanian. Sedangkan media massa merupakan media komunikasi dengan
memanfaatkan media cetak dan elektronik sebagai sumber
informasinya.
Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan, dalam memanfaatkan media komunikasi, petani sayur
dan petani padi sudah memanfaatkan ketiga media. Media interpersonal yang
dimanfaatkan petani sebesar 57,30% dalam kategori rendah dan 42,70% dalam
kategori rendah. Selain media komunikasi,
para petani juga memanfaatkan media kelompok yang ada yakni dengan mengadakan pertemuan kelompok tani, kegiatan penyuluhan
kelompok dan beberapa pertemuan yang diselenggarakan distributor benih dan
pestisida. Namun berdasarkan pengamatan yang telah
dilakukan, penyuluhan kelompok dinilai kurang efektif karena hanya ketua
kelompok saja yang diundang, bukan keseluruhan dari petani yang ada.
Media massa yang dimanfaatkan petani sayur dan
padi berdasarkan hasil pengamatan adalah televisi, koran dan internet. Media tersebut digunakan petani
untuk memperoleh informasi teknis seputar dunia pertanian. Petani dengan kategori
rendah berjumlah 91,81% sedangkan kategori tinggi 9,9%. Petani dengan kategori
tinggi berasal dari kalangan usia muda. Mereka mencari informasi pertanian dari
berbagai sumber media massa untuk membantu mengembangkan usaha tani
mereka. Namun tidak setiap hari media massa seperti televisi dan koran memiliki
informasi pertanian. Sehingga petani hanya menunggu jadwal siaran
dan terbitnya informasi pertanian.
Berdasarkan penelitian yang dipaparkan pada jurnal tersebut, informasi
mengenai pertanian yang biasanya diakses oleh para petani sayur dominan pada
bagian
pemasaran. Sedangkan, pada petani
padi lebih dominan mengakses informasi teknologi produksi atau budidaya. Hasil penelitian tersebut dipengaruhi oleh kebutuhan petani untuk
mengakses informasi tertentu. Pada petani sayur lebih dominan mengakses
informasi berkaitan dengan pemasaran karena mereka ingin memantau harga pasar
yang ada di Singkawang sehingga harga produksi dan keuntungan yang akan
diperoleh dapat diperkirakan bahkan mungkin sebelum masa tanam dilakukan.
Sedangkan pada petani padi, karena sejak kecil mereka sudah diajari untuk
bercocok tanam meskipun dengan cara yang konvensional namun mereka masih merasa
kurang terhadap ilmu yang dimiliki, sehingga cenderung untuk mengakses
informasi berkaitan dengan proses produksi.
Faktor-faktor yang mempengaruhi petani dalam mengakses
informasi pertanian berasal dari faktor internal dan eksternal masing-masing individu.
Faktor-faktor tersebut berupa pendidikan, frekuensi komunikasi, nilai manfaat ekonomi
komoditas, tingkat kosmopolitan dan kebutuhan informasi pertanian. Hasil
dari pengujian statistik menunjukkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi
petani dalam mengakses informasi pertanian adalah faktor tingkat kosmopolitan. Tingkat
kosmopolitan yang dimaksud merupakan tingkat
tinggi dan rendahnya petani mencari informasi baik di sekitar tempat tinggal
atau luar tempat tinggal.
·
Kesimpulan
Untuk meningkatkan akses
petani terhadap informasi
pertanian, kelompok
tani dapat mengelola informasi yang diperoleh
dari pihak-pihak terkait untuk disebarluaskan ke anggota-anggota kelompok
tani melalui pertemuan rutin kelompok.









Akses informasi tidak hanya didapatkan
dari penyuluhan secara langsung, namun dapat berasal interent, televisi, maupun
radio. Faktor yang mempenggaruhi petani
dalam mengakses informasi pertanian
adalah tingkat kosmopolitan. Semakin
tinggi (sering) petani mencari informasi pertanian maka akses terhadap informasi
akan semakin tinggi.










Harmoko, dan E. Darmansyah. 2016. Akses informasi pertanian melalui media komunikasi pada kelompok tani di Kabupaten Sambas dan Kota Singkawang. Jurnal Komunikator 8 (1) : 1-9.
NAMA : NUR LAILATUL AZIZAH
BalasHapusNIM : 17/409549/PN/14937
1. Sumber Teknologi / Ide
Teknologi dan inovasi produksi, pengolahan hasil pertanian, pemasaran hasil, iklim dan cuaca, permintaan/penawaran dan permodalan.
2. Sasaran
Petani yang tergabung dalam kelompok tani yang berada di Kabupaten Sambas dan Kota Singkawang. Khususnya petani sayur dan petani padi karena informasi mengenai pertanian yang merka akses berbeda.
3. Manfaat
Penyadaran atau menerangkan / menunjukkan kepada segenap masyarakat tentang jati diri mereka dan keadaan yang sedang dihadapi, Memberikan aspirasi (baru), Menunjukkan alternatif atau teknik-teknik “baru" dan Menerangkan dan memilih alternatif yang dirasakan paling tepat oleh masyarakatnya.
4. Nilai Pendidikan
Faktor karakteristik petani yang dapat mempengaruhi pemanfaatan media komunikasi yang mencakup pendidikan, frekuensi komunikasi, nilai manfaat ekonomi komoditas, tingkat kosmopolitan dan kebutuhan informasi pertanian. Melalui faktor-faktor tersebut dapat dilakukan upaya-upaya agar peran media informasi menjadi lebih maksimal.
Namun hal yang perlu diingat dalam pemilihan media komunikasi untuk mengakses informasi pertanian yakni harus disesuaikan dengan kondisi sosial ekonomi dan karakteristik petani. Karakteristk petani modern akan sangat berbeda dengan petani konvensional.
Nilai – Nilai Berita :
1. Timelines
Jurnal yang di gunakan merupakan jurnal yang cukup baru (2016) jadi informasi yang diperoleh masih relevan digunakan pada saat ini (2018).
2. Proximity
Jurnal yang di gunakan sudah sesuai dengan materi Penyuluhan dan Komunikasi Pertanian, yakni tentang akses informasi pertanian melalui media komunikasi. Jadi, sudah pasti memiliki kedekatan dengan objek pembicaraan yaitu para petani.
3. Immportance
Penyadaran atau menerangkan/ menunjukkan kepada segenap masyarakat tentang jati diri mereka dan keadaan yang sedang dihadapi, Memberikan aspirasi (baru) terhadap warga masyarakat, Menunjukkan alternatif atau teknik-teknik “baru” yang dapat dimanfaatkan atau diterapkan bagi perbaikan mutu hidup masyarakat sasaran, dan Menerangkan dan memilih alternatif yang dirasakan paling tepat oleh masyarakatnya untuk melepaskan diri dari masalah yang dihadapi.
4. Consequence
Dapat dikatakan bahwa suatu daerah yang memiliki akses informasi dengan mudah maka lebih cepat daerah tersebut mengalami kemajuan, Motivasi petani dalam memenuhi kebutuhan informasi pertanian yang semakin kuat dan konsisten akan membentuk perilaku petani dalam memanfaatkan sumber- sumber media komunikasi, Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan, penyuluhan kelompok dinilai kurang efektif karena hanya ketua kelompok saja yang diundang, bukan keseluruhan dari petani yang ada, dan Karena tidak setiap hari media massa seperti televisi dan koran memiliki informasi pertanian sehingga mengakibatkan petani hanya menunggu jadwal siaran dan terbitnya informasi pertanian.
5. Conflict
Apabila wilayah petani berada di daerah terpencil atau bahkan di pelosok gunung, maka jangkauan sinyal internet tidak akan sampai dan akses informasi baik melalui internet atau dari penyuluh secara langsung lebih sering mengalami kendala, Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan, penyuluhan kelompok dinilai kurang efektif karena hanya ketua kelompok saja yang diundang, bukan keseluruhan dari petani yang ada, dan Pada kenyataannya tidak setiap hari media massa seperti televisi dan koran memiliki informasi pertanian. Sehingga petani hanya menunggu jadwal siaran dan terbitnya informasi pertanian.
6. Development
Apabila wilayah petani berada di daerah terpencil atau bahkan di pelosok gunung, maka jangkauan sinyal internet tidak akan sampai dan akses informasi baik melalui internet atau dari penyuluh secara langsung lebih sering mengalami kendala. Oleh karena itu diperlukan perbaikan pembangunan secara merata pada setiap daerah.