PERANAN PENYULUH PERTANIAN LAPANGAN (PPL) DALAM KEGIATAN PEMBERDAYAAN KELOMPOK TERHADAP KINERJA KELOMPOK TANI

Nama : Adlina Pinka Nada
NIM : 17/409572/PN/14960
Golongan/kel : A4/5
RESUME JURNAL
PERANAN PENYULUH PERTANIAN LAPANGAN (PPL) DALAM KEGIATAN PEMBERDAYAAN KELOMPOK TERHADAP KINERJA KELOMPOK TANI
Achmad Faqih
JURNAL AGRIJATI VOL 26 NO 1, AGUSTUS 2014
Keberhasilan pembangunan pertanian bukan hanya ditentukan oleh kondisi sumberdaya pertanian, tetapi juga ditentukan oleh peran penyuluh pertanian yang sangat strategis dan kualitas sumberdaya manusia yang mendukungnya, yaitu SDM yang menguasai serta mampu memanfaatkan dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam pengelolaan sumberdaya pertanian secara berkelanjutan. Penyuluhan Pertanian memiliki peran yang sangat strategis di dalam mendukung dan mengawal program utama pembangunan pertanian, untuk tercapainya Empat Sukses Pembangunan Pertanian, yaitu: (1) Swasembada dan Swasembada Berkelanjutan; (2) Diversifikasi Pangan; (3) Peningkatan Nilai Tambah, dan Daya Saing Ekspor, dan (4) Peningkatan Kesejahteraan Petani.
Berdasarkan kondisi umum sumberdaya penyuluhan pertanian dan hasil-hasil yang telah dicapai selama periode 2005-2009, maka permasalahan yang dihadapi dalam pemantapan sistem penyuluhan pertanian guna mewujudkan sumberdaya manusia pertanian yang profesional, kreatif, inovatif dan berwawasan global, adalah sebagai berikut: a. Lemahnya kapasitas kelembagaan penyuluhan pertanian. b. Lemahnya kapasitas kelembagaan petani. c. Belum optimalnya jumlah dan kompetensi penyuluh pertanian. d. Belum optimalnya penyelenggaraan penyuluhan pertanian. e. Belum optimalnya dukungan sarana-prasarana dan pembiayaan dalampenyeleng- garaan penyuluhan pertanian. Keberhasilan program pembangun- an pertanian perlu didukung dengan sumberdaya manusia yang berkualitas melalui penyuluhan pertanian, dengan pendekatan pemberdayaan kelompok tani (poktan) beserta keluarganya dan gabungan kelompok tani (gapoktan) agar mampu mengelola usahataninya secara profesional dan berwawasan agribisnis.
Pemberdayaan kelompok tani dapat diartikan, sebagai upaya untuk memberikan kesempatan dan kemampuan kepada kelompok untuk mampu dan berani bersuara (voice) serta kemampuan dan keberanian untuk memilih (choice) sesuai dengan keinginannya,karena itu pemberdayaan kelompok tani dapat diartikan sebagai proses terencana guna meningkatkan skala/upgrade utilitas dari obyek yang diberdayakan (Mardikanto, 2009). Inti dari pemberdayaan kelompok tersebut adalah pendelegasian kekuasaan dan pengambilan keputusan ke tingkat yang lebih rendah, dengan menggunakan konsep-konsep memberi visi untuk masa depan, mengikutsertakan semua anggota dalam suatu kegiatan sehingga mereka dengan sendirinya tumbuh rasa kebanggaan pada diri mereka, kehormatan diri, dan rasa tanggung jawab (Kalsey dan Hearne,1995). Menurut Kalsey dan Hearne(1995) bahwa apabila pemberdayaan kelompok kepada anggota tidak dilakukan maka perubahan dalam organisasi sulit dicapai. Pemberdayaan memiliki arti pemberian keterampilan dan informasi pada anggota yang diperlukan untuk pengambilan keputusan dan kegiatan secara tepat serta mampu mengatasi sendiri masalah yang dihadapi.
Pengembangan jejaring usaha kelembagaan petani menjadi sangat penting dan strategis, karena beberapa permasalahan yang dihadapi petani dalam pengembangan usahanya, antara lain: (1) belum optimalnya kelembagaan usaha pertanian di perdesaan dalam mengembangkan jejaring usaha kelembagaan petani; (2) masih sulitnya akses petani terhadap pelayanan lembaga-lembaga yang ada termasuk akses pemasaran; rendahnya posisi tawar petani dalam transaksi usaha komoditas pertanian. Melalui pengembangan jejaring kelembagaan petani, diharapkan akan memper- mudah terjalinnya kemitraan usaha dengan berbagai pihak sehingga hubungan kerjasama yang dijalin akan saling menguntungkan antar dua pihak yang bermitra.
Rendahnya kinerja kelompok tani yang ada antara lain disebabkan rendahnya peran pengurus kelompok tani, anggota kelompok tidak jelas, struktur organisasi tidak lengkap dan tidak berfungsi, produktivitas usahatani rendah dan kurangnya pembinaan dari aparat penyuluh. Selain itu, pembentukan kelembagaan tersebut tidak dilakukan secara partisipasi sehingga tidak dapat mengakomodasi potensi dan kepentingan petani, yang seharusnya menjadi modal untuk melakukan aksi kolektifnya.
Pandangan secara objektif pengembangan kelembagaan tani,khususnya kelompok tani yang memperlihatkan berkembangnya kelembagaan lokal yang dikelola oleh masyarakat sendiri tanpa campur tangan pemerintah. Dalam pengambilan keputusan kelompok justru lebih mampu bertahan, bahkan dalam menghadapi pasang-surutnya situasi kelembagaan pertanian ditingkat yang lebih tinggi
Kelompok seperti inilah yang dinilai mengarah pada terwujudnya efektifitas kelompok petani sebagai kelembagaan pangan pedesaan, yang ditandai dengan kecendrungan bahwa kelompok tani tersebut benarbenar berfungsi sebagai instrumen bagi anggota (petani) untuk memenuhi kepentingan anggota dan biasanya dikembangkan oleh anggota atas kesadaran mereka untuk memenuhi kebutuhan para anggota kelompok. Kelompok yang dibentuk dari bawah semacam ini memiliki kecendrungan lebih sesuai dengan kebutuhan minat anggota, serta memiliki komitmen anggota yang tinggi. Kelompok tani lebih efektif sebagai wahana atau media untuk mewujudkan bargaining position (mencapai posisi harga yang disepakati) untuk mewujudkan kesejahteraan petani. Dalam mewujudkan kelompok tani yang efektif peran pemerintah lebih kepada pihak mengembangkan kepemimpinan lokal terutama wawasan ekonomi dan wawasan keorganisasian, karena pemimpinan tersebut telah memiliki energi sosial serta kemampuan manajemen kelompok informal dan lokal yang efektif, selain itu peran pemerintah lebih ditekankan pada pengembangan kompetensi anggota yang lebih beriorientasi kepada pengembangan sumber daya manusia.
Penurunan dinamika kelompok mempengaruhi kinerja suatu kelompok. Penurunan dinamika dapat disebabkan oleh faktor teknis dan faktor sosial. Faktor teknis misalnya kegagalan panen oleh berbagai serangan hama, kondisi dan penyediaan air yang buruk, pupuk yang tidak memenuhi kualifikasi, dan sebagainya. Sedangkan factor sosial misalnya realisasi dari perencanaan yang sudah disepakati yang selalu tidak bisa ditepati, kurangnya kepercayaan anggota terhadap pengurus dalam mengelola modal kelompok, rendahnya kemampuan menjalin hubungan yang melembaga lain khusunya koperasi unit desa (KUD) dan sebagainya. Penguatan peran serta dan kinerja petani sebagai pelaku pembangunan harus didorong seluas-luasnya melalui program-program penyuluhan atau program pendampingan menuju suatu yang kemandirian mereka. Disamping itu juga perlu dilakukan pengembangan organisasi, ekonomi jaringan dan faktor-faktor pendukung lainnya. Dengan usaha pemberdayaan masyarakat tani tersebut diharapkan dapat membebaskan petani dari kemiskinan dan keterbelakangan menuju kehidupan yang lebih sejahtera.
Peran Penyuluh Sebagai Inisiator
Peran penyuluh pertanian sebagai inisiator dalam kinerja kelompok tani yaitu merupakan tugas yang diharapkan dapat dijalankan oleh penyuluh pertanian dalam menggali ide baru dengan memanfaatkan sarana yang ada untuk meraih peluang sehingga dapat membantu petani melalui peningkatan pendapatannya dalam berusahatani. Hubungan yang baik antara penyuluh dengan petani merupakan hal yang sangat penting agar penyuluh memperoleh kredibilitas di mata petani, sehingga anjuran yang disampaikan penyuluh lebih mudah dipatuhi atau dipercaya petani. Dari hasil survei diketahui bahwa pada dasarnya upaya penyuluh pertanian sudah baik, karena penyuluh pertanian selalu hadir dari mulai sampai dengan berakhirnya kegiatan sehingga petani merasakan kehadiran dan kedekatan dengan penyuluh pertanian. Dengan adanya hubungan yang baik dengan petani maka penyuluh dapat memberikan ide-ide baru sehingga dapat dilaksanakan pada lahan sawahnya.
Peran Penyuluh Sebagai Motivator
Peran penyuluh pertanian sebagai motivator dalam kinerja kelompok tani merupakan tugas yang diharapkan dapat dijalankan penyuluh pertanian dalam membangkitkan semangat petani dan mempengaruhi petani agar tergerak untuk berpartisipasi dalam kegiatan usahatani. Untuk mengetahui tingkat peran penyuluh pertanian sebagai motivator dapat dilihat dari kontribusi yang telah diberikan penyuluh pertanian kepada petani dalam upaya memberikan dorongan serta semangat untuk berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan kelompok tani. Disamping memotivasi petani agar mengikuti kegiatan dengan membangkitkan semangat pribadi petani, penyuluh pertanian juga meluaskan pemikiran petani dengan adanya penyuluhan yang dimuati penyampaian-penyampaian informasi tentang adanya keuntungan dalam mengikuti kegiatan kelompok sehingga petani semakin bersemangat dalam mengikuti kegiatan kelompok. Hal ini dapat mengindikasikan bahwa peran penyuluh pertanian sebagai motivator dalam kinerja kelompok tani.
Peran Penyuluh Sebagai Mediator
Peran penyuluh pertanian sebagai mediator dalam kinerja kelompok tani merupakan tugas yang dapat diharapkan dapat dijalankan oleh penyuluh pertanian dalam memberikan informasi dan menghubungkan petani dengan sumber informasi untuk mengatasi masalah yang dihadapi. Adapun peran penyuluh sebagai mediator dapat diukur dari indikator frekuensi pemberian informasi, kejelasan dalam penyampaian informasi dan menghubungkan sumber informasi dengan petani.
Peran Penyuluh Sebagai Supervisor
Peran penyuluh pertanian sebagai supervisor dalam kinerja kelompok tani merupakan tugas yang dapat diharapkan dapat dijalankan oleh penyuluh pertanian dalam melakukan pengawasan dalam kegiatan sehingga ditemukan hambatan serta kemajuan dari kegiatan kelompok. Adapun peran penyuluh sebagai supervisor dapat diukur dari indikator frekuensi pelaksanaan supervisi.
Peran Penyuluh Sebagai Fasilitator
Peran penyuluh pertanian sebagai fasilitator merupakan tugas yang diharapkan dapat dijalankan oleh penyuluh pertanian dalam melayani kebutuhan-kebutuhan yang diperlukan oleh masyarakat binaannya atau memberikan bantuan dalam pelaksanaan suatu proses atau kegiatan. Tinggi rendahnya peran penyuluh pertanian sebagai fasilitator dalam kinerja kelompok tani di Kecamatan Suranenggala dapat diukur dengan melihat pelayanan penyuluh kepada petani, metode yang digunakan dalam menyampaikan materi, frekuensi rekomendasi-rekomendasi diberikan dan kemanfaatan dari rekomendasi yang diberikan.

DAFTAR PUSTAKA
Faqih,A. 2014.PERANAN PENYULUH PERTANIAN LAPANGAN (PPL) DALAM KEGIATAN PEMBERDAYAAN KELOMPOK TERHADAP KINERJA KELOMPOK TANI. Jurnal Agrijati. Vol 26 no. 1,
Kelsey, L.D. and C.C. Hearne. 1995. Cooperative Extension Work. New York. Comstock Publishing Associates
Mardikanto, T. 2009. Penyuluhan Pembangunan Kehutanan. Pusat Penyuluhan Kehutanan Republik Indonesia. Jakarta

Komentar

  1. Titi Apsari (17/409553/PN/14941)
    Wah ternyata dunia penyuluhan sangat complicated ya, ada banyak hal yang hrs dipikirkan dan diselaraskan. Penyuluh terlebih PPL harus mampu menguasai ilmu pertanian baik secara materi maupun praktek, penyuluh juga harus pandai bergaul dengan masyarakat, menjadi pemimpin, teman, dan fasilitator. Lengkap deh kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang penyuluh. Good:)

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Alat peraga poster Hidroponik

ALAT PERAGA "FOLDER" KELOMPOK 1

FOLDER SISTEM TANAM JAJAR LEGOWO (Kelompok 2)