Penerapan Inovasi Teknologi Pertanian dan Hubungannya dengan Ketahanan Pangan Rumah Tangga Petani
Penerapan Inovasi Teknologi
Pertanian dan Hubungannya dengan Ketahanan Pangan Rumah Tangga Petani
Perkembangan
inovasi teknologi pertanian sangat penting guna meningkatkan produktivitas
pertanian di Indonesia. Petani diharapkan dapat menyerap dan mengadopsi inovasi
teknologi demi menunjang sektor pertanian yang lebih menguntungkan. Akan
tetapi, tidak semua petani mau dan mampu dalam menggunakan inovasi teknologi,
meskipun inovasi ini telah diprogramkan oleh Kementerian Pertanian.
Penelitian
dilakukan pada dua kelompok tani yang masing-masing beranggotakan 40 orang di
Kabupaten Bogor yang mewakili petani dengan fokus usaha yang berbeda, yaitu
pertanian lahan basah (sawah) yang berada di Desa Cibeber I, Kecamatan
Leuwiliang dan pertanian lahan kering dan pengolahan hasil pertanian di Desa
Benteng, Kecamatan Ciampea. Inovasi
teknologi pertanian yang diterapkan di kedua desa penelitian berbeda, hal ini
dikarenakan agroekosistem di kedua desa tersebut juga berbeda. Lahan yang
digunakan sebagai usahatani di Desa Benteng berupa lahan kering atau tingkat
kesediaan air yang rendah, yaitu tegalan dengan jenis tanaman palawija,
hortikultura, dan obat-obatan, sedangkan di Desa Cibeber I berupa persawahan
dengan jenis tanaman utama padi.
Berdasarkan
penelitian yang dilakukan, didapatkan beberapa data yang dapat dianalisis
diantaranya pola usaha tani, penerapan teknologi inovasi pertanian, Ketahanan
Pangan Rumah Tangga Petani, dan Hubungan antara Penerapan Inovasi teknologi
dengan Ketahanan Pangan Rumah Tangga Petani. Berdasarkan status penguasaan
lahan, mayoritas pola usaha tani di kedua desa penelitian berupa bagi hasil. Bagi
hasil dilakukan karena umumnya petani tidak memiliki lahan sendiri, sehingga mereka
hanya mengolah lahan dari pemilik dan mendapatkan pendapatan dari hasil panen yang dibagi sesuai kesepakatan
sebelumnya.
Penerapan
inovasi di wilayah pedesaan Indonesia, termasuk di Kabupaten Bogor berhubungan
erat dengan penyelenggaraan penyuluhan. Penyuluhan memberikan pengetahuan dan
pemahaman bagi petani agar dapat meningkatkan produksinya. Penyuluh berperan
penting dalam mengajarkan budidaya yang baik dan benar dan juga memperkenalkan
inovasi teknologi pertanian kepada petani. Dalam proses penyuluhan, penyuluh
tidak hanya memperkenalkan inovasi teknologi kepada petani, tetapi juga harus
memotivasi agar petani memiliki keyakinan dan percaya diri secara mandiri untuk
menjalankan usahanya tersebut.
Penerapan
inovasi teknologi telah dilakukan di kedua desa penelitian ini. Di Desa Benteng
pada budidaya tanaman menggunakan sistem tumpang sari dan penggunaan polybag
sebagai media tanam, perikanan berupa pembenihan, dan pengolahan hasil
pertanian berupa penggunaan mesin pengolahan. Pada sistem tumpangsari, petani
menanam dua atau lebih jenis tanaman palawija atau hortikultura pada satu
bidang lahan, misalnya kacang panjang dengan timun. Pola tumpangsari memiliki
manfaat secara ekonomi yaitu dapat meningkatkan pendapatan petani dan
mengurangi resiko kerugian dari kegagalan panen salah satu tanaman. Pada sektor
perikanan, diterapkan teknologi inovasi pembenihan ikan berupa penggunaan induk
unggul dan pemijahan induk, meskipun belum semua pembudidaya ikan menerapkan
inovasi ini. Pada pengolahan hasil pertanian, petani telah menggunakan mesin
pengolahan yang sebelumnya dilakukan secara manual dengan alat tradisional,
misalnya mesin pemotong singkong dan ubi jalar menggantikan pisau manual,
sehingga pekerjaan menjadi lebih mudah dan cepat dengan hasil yang lebih
berkualitas.
Inovasi
teknologi yang diterapkan pada usahatani padi di Desa Cibeber I hanya berupa
jajar legowo, dimana petani diperkenalkan pola jarak tanam tertentu dengan
lajur yang lurus, dengan tujuan utama meningkatkan efisiensi penggunaan input
dan memudahkan mekanisme kerja, serta meningkatkan produktivitas padi. Melalui
jajar legowo, produktivitas padi bisa meningkat antara 14 sampai 30 persen per
hektarnya. Selain itu, telah dikembangkan juga System Rice Intensification
(SRI) yang sudah menjadi tren di pertanian
dunia seperti halnya juga pertanian organik, namun masih belum dikenal oleh
masyarakat tani.
Dari
penelitian yang dilakukan terlihat bahwa desa Benteng memiliki kelebihan dari
inovasi teknologi yang digunakan. Namun, apabila dilihat dari tingkatan
adopsinya, Desa Cibeber I lebih baik dibandingkan dengan Desa Benteng. Hal ini
dibuktikan dengan persentase responden di Desa Cibeber I yang selalu menerapkan
dan tidak ada yang berhenti menerapkan inovasi jajar legowo tersebut. Sebaliknya
di Desa Benteng dijumpai responden yang bahkan berhenti mengadopsi inovasi
teknologi yang diprogramkan. Salah satu alasan yang dikemukakan oleh responden
yang berhenti mengadopsi teknologi yaitu karena harga jual produk tidak memiliki
perberbedaan yang signifikan antara yang menggunakan teknik baru atau lama.
Pernyataan
diatas memberi arti bahwa dalam proses adopsi, petani memerlukan pemahaman dan dasar-dasar
pertimbangan yang dianggap benar, baik dan layak dilakukan untuk diri sendiri
maupun di lingkungan sekitarnya. Petani masih memerlukan pertimbangan dan
pengabsahan dari pihak lain baik secara individu maupun kelembagaan mengenai
kelayakan inovasi untuk dapat mereka terapkan. Proses adopsi sendiri dapat
terjadi tanpa berurutan mengikuti tahapan, artinya proses adopsi inovasi
terjadi begitu cepatnya seakan-akan melompat pada kondisi mengerti atau sadar
langsung pada menerapkan tanpa melalui pertimbangan yang matang. Sebaliknya,
ada pula tahapan yang berhenti pada keadaan berminat saja tanpa kelanjutan pada
tahap berikutnya yaitu mencoba dan menilai hingga menerapkan.
Menurut
aspek ketahanan pangan, Kondisi ketahanan pangan rumah tangga petani dalam
penelitian ini dilihat dari kecukupan pangan, keterjangkauan atau kemudahan
mendapatkan pangan di sekitar tempat tinggal, dan keterjangkauan atau daya beli
pangan berdasarkan persepsi responden. Berdasarkan kecukupan bahan pangan,
mayoritas responden menyatakan bahwa 80% di Desa Benteng dan 72,5% di desa
Cibeber I menyatakan bahwa pangan tersedia cukup. Hal ini menjelaskan bahwa
masih terdapat beberapa masyarakat di kedua desa tersebut yang masih kesulitan
dalam pemenuhan pangan. Berdasarkan keterjangkauan atau kemudahan mendapatkan
bahan pangan di sekitar tempat tinggal responden, menunjukkan bahwa responden
tidak mengalami kesulitan untuk mendapatkan bahan pangan tersebut. Mayoritas
reponden menyatakan mudah mendapatkan bahan pangan yang berupa sembako, seperti
beras, gula, garam, dan sebagainya di sekitar rumahnya. Hal ini dikarenakan
disekitar rumah mereka terdapat beberapa toko sembako ataupun warung kecil. Berdasarkan
persepsi responden tentang harga bahan pangan yang dibelinya, mayoritas
responden menyatakan harga bahan pangan mahal
bahkan beberapa diantaranya menyatakan sangat mahal. Kondisi tersebut menjelaskan
bahwa daya beli petani relatif rendah.
Berdasarkan
hasil uji Rank Spearman menunjukkan bahwa terdapat korelasi antara intensitas
penerapan inovasi teknologi pertanian dengan ketahanan pangan rumah tangga
petani di salah satu desa penelitian yaitu Desa Cibeber I. Hal ini
mengindikasikan bahwa rumah tangga petani di Desa Cibeber dengan agroekosistem
sawah yang menggunakan inovasi teknologi budidaya padi sawah secara lebih
intensif, kondisi ketahanan pangan rumah tangganya lebih baik dibandingkan
dengan petani yang tidak menerapkan secara intensif teknologi tersebut. Bagi
petani yang intensif menerapkan sistem ini memiliki peluang meningkat
pendapatannya dari hasil produktivitasnya yang lebih tinggi, yang dapat
membantu penguatan ketahanan pangan rumah tangganya. Bagi Desa Benteng, inovasi
teknologi yang ada tidak berkorelasi dengan ketahanan pangan rumah tangga
petani. Artinya teknologi tersebut belum secara signifikan mampu meningkatkan
ketahanan pangan rumah tangga petani.
Resume Jurnal
Sumber : Fatchiya, Anna, S. Amanah, Y.I. Kusumastuti. 2016. Penerapan
Inovasi Teknologi Pertanian dan Hubungannya dengan Ketahanan Pangan Rumah
Tangga Petani. Jurnal Penyuluhan Vol. 12 No. 2.
Oleh : Adib Syamlan M.
NIM : 17/414731/PN/15312
Nama : Dhia Fildzah Farhana
BalasHapusNIM : 17/414719/PN/15300
1.Nilai penyuluhan :
a.Sumber teknologi/ide : Adanya penerapan Inovasi teknologi Pertanian di wilayah pedesaan Indonesia.
b.Sasaran : petani
c.Manfaat : adanya inovasi teknologi yang baru meningkatkan produktivitas pertanian di Indonesia sehingga petani dapat mempermudah dan mempercepat para petani dalam pengolahan hasil pertaniannya dan dapat membantu dalam ketahanan pangan dlm rumah tangga petani.
2.Nilai berita :
a. Importance : dalam artikel ini reviewer telah menyebutkan beberapa informasi tentang inovasi teknologi pertanian untuk mengembangkan pertanian diwilayah pedesaan indonesia dan dalam tulisan terdapat informasi mengenai ketahanan pangan dalam beberapa desa di indonesia.
b. conflict : dalam artikel petani mayoritas mendapatkan hasil secara bagi upah karena beberapa dari mereka tidak memiliki lahan sendiri dan inovasi teknologinya dianggap tidak cukup signifikan dalam meningkatkan ketahanan pangan rumah tangga petani.